Pengenalan dan Praktek Teknologi Balutan Ferosemen kepada pelaksana BSPS, Direktorat Jenderal Perumahan, Direktorat Rumah Swadaya, Kementerian PUPR
Aston Gorontalo Hotel & Villas, Desa Bandungan & Suka Damai Gorontalo
Program BSPS (Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya) merupakan program dari Direktorat Rumah Swadaya, Direktorat Jenderal Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Rumah yang memenuhi persyaratan layak huni ditinjau dari segi keselamatan bangunan, kerusakan bangunan yang minimal, serta keselamatan penghuni terhadap bencana gempa bumi.
Tanggal 16-19 November 2020, Teknologi Balutan Ferosemen yang diusulkan oleh Dr. Teddy Boen ini diperkenalkan kepada seluruh pelaksana program BSPS, perwakilan dari 34 provinsi di Indonesia, diantaranya Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Rumah Swadaya SNVT dan Kaur Teknik. Fitrah Nur, selaku Kasubdit Pelaksanaan Bantuan Stimulan Direktorat Rumah Swadaya, juga turut hadir mengikuti pengenalan dan praktek teknologi balutan ferosemen ini yang diselenggarkan di Bulango Utara, Bone Bolango, Gorontalo.
Peserta dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok pertama mengikuti pengenalan dan praktek pada tanggal 16-17 November 2020, dilanjutkan kelompok kedua tanggal 18-19 November 2020. Para peserta menerima penjelasan secara teori di Aston Gorontalo dan keesokan harinya dilatih sambil praktek (on-the-job training) memperkuat rumah (retrofit) dengan balutan lapisan ferosemen.
Pengenalan dan praktek teknologi balutan ferosemen dikordinir oleh tim Dr. Teddy Boen di lapangan, yakni Sarah Eden Suryanto, Samzon Purba, Alfian Philno Soriton, Indra Syahniri, dan Januar. Kelompok pertama dilatih memperkuat rumah di Desa Bandungan (rumah 2 kamar: 34,8m2). Kelompok kedua dilatih memperkuat rumah di Desa Suka Damai (rumah 2 kamar: 34,56m2).
Para tukang di kedua desa tersebut juga ikut dilatih selama kurang lebih 30 menit dan langsung praktek. Kenyataan bahwa tukang dapat cepat menguasai cara membangun / memperkuat rumah tembokan dengan balutan ferosemen menunjukan bahwa cara tersebut memang mudah dimengerti dan sederhana. Dengan total 11 tukang dan 4 kenek, kedua rumah contoh tersebut selesai diperkuat dalam waktu 1 minggu. Melalui kegiatan ini, diharapkan seluruh PPK di setiap provinsi di Indonesia dapat melaksanakan pembangunan dan perkuatan (retrofit) rumah rakyat dengan balutan ferosemen dengan tepat dan masyarakat dapat memahami cara memperkuat rumah tembokan dengan balutan ferosemen agar tahan gempa serta dapat melakukannya secara mandiri.
Persiapan lokasi pelatihan tukang di kantor kepala daerah setempat
Para tukang setempat yang dilatih cara memperkuat rumah tembokan tahan gempa dengan balutan ferosemen
Samzon Purba memberikan pelatihan kepada para tukang
Sarah Eden Suryanto menyampaikan materi pengenalan dan praktek teknologi balutan ferosemen kepada para peserta
Dr. Teddy Boen menyampaikan materi secara online dan menjawab pertanyaan dari para peserta
Sarah Eden Suryanto menjelaskan konsep struktur sandwich dengan styrofoam dan bata merah sebagai tumpuan serta beban
Para peserta mengikuti pengenalan teknologi balutan ferosemen
Para peserta mengikuti pengenalan teknologi balutan ferosemen
Para peserta aktif bertanya hal-hal yang belum dimengerti
Fitrah Nur menyampaikan pengarahan kepada para peserta di lapangan
Sarah Eden Suryanto menyampaikan pengarahan kepada para peserta di lapangan
Alfian Philno Soriton melatih para peserta di lapangan
Samzon Purba melatih para peserta di lapangan
Januar melatih para peserta di lapangan
Para peserta mempraktekan cara memperkuat rumah tahan gempa dengan balutan ferosemen
Para peserta mempraktekan cara memperkuat rumah tahan gempa dengan balutan ferosemen
Fitrah Nur, Samzon Purba, Sarah Eden Suryanto (dari kiri ke kanan)
Fitrah Nur, Samzon Purba, Sarah Eden Suryanto, Indra Syahniri, Januar, Alfian Philno Soriton (dari kiri ke kanan)
Foto bersama
Foto bersama para tukang
Evaluasi dan sesi tanya jawab setelah mengikuti praktek di lapangan bersama Samzon Purba, Sarah Eden Suryanto, dan Fitrah Nur (dari kiri ke kanan)